Menantu Dewa Obat
Bab 500
Anya membawa Reva langsung ke villanya dimana semuanya telah diatur sedemikian rupa.
Rumput roh jantung telah di tangani sesuai dengan instruksi yang diberikan Reva.
Orang yang Reva minta juga sudah ditemukan oleh Anya. Dia adalah seorang wanita muda yang berusia dua
puluhan.
Wanita itu tampak gugup karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
“Tuan Lee, menurutmu bagaimana dengan persiapannya ini?”
Ekspresi Anya tampak sangat gugup. Karena masalah ini terkait dengan hidup dan mati sahabatnya serta putrinya.
Reva meliriknya dan langsung memahami perasaannya.
Dia mengangguk lalu berkata, “Tidak masalah.”
“Kau tak perlu gugup. Ini hanya masalah sepele saja.”
Anya tampak sedikit tenang sekarang tetapi ekspresinya masih terlihat gugup.
Selama bertahun – tahun dia selalu berharap bisa menyembuhkan sahabatnya serta putrinya itu. Dan akhirnya
sekarang ketika tiba saatnya, bagaimana mungkin dia tidak merasa gugup? Reva meminta wanita itu untuk
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtberbaring lalu memberikan akupuntur melalui pakaiannya.
Metode akupuntur seperti ini khasiatnya seperti pengobatan seorang dewa.
Pada awalnya wanita ini merasa sangat gugup. Apalagi saat dia melihat Reva mengeluarkan jarum peraknya. Dia
tampak gugup sekali hingga berkeringat.
Tadinya dia pikir tusukan jarum itu akan sangat menyakitkan. Tetapi pada kenyataannya, saat jarum perak itu
menembus tubuhnya, dia hampir sama sekali tidak merasakan apa – apa.
Apalagi setelah itu dengan cepat dia merasa ngantuk dan secara perlahan – lahan dia tertidur.
Saat si wanita ini sedang tidur, Reva mengambil rumput roh jantungnya.
Sebenarnya rumput roh jantung ini sudah layu tetapi Anya menggunakan instruksi yang diberikan Reva kepadanya
untuk menghidupkan kembali rumput roh jantung itu.
Sejujurnya, dari metodenya ini saja sudah membuat Anya sangat yakin kepada Reva.
Lalu Reva mengambil rumput roh jantung yang berwarna hijau Jamrud itu lalu dengan perlahan mendekati wajah si
wanita itu.
Kemudian dia menusukkan jarum peraknya di pipi si wanita itu lalu wanita itu kemudian secara tak sadar membuka
mulutnya.
Reva kemudian memasukkan rumput roh jantung itu ke dalam mulutnya, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen
kecil dari tubuhnya dan meneteskan dua tetes cairan ke atas rumpur roh jantung itu.
Setelah itu dengan kecepatan yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang, roh rumput jantung itu meleleh dengan
cepat dan tak lama kemudian langsung menghilang dalam sekejap mata.
Dengan lembut Reva memeriksa napas wanita itu lalu mengecek mata si wanita itu lagi kemudian dia mengangguk
dan berkata, “Oke, sudah.”
Anya tercengang saat melihatnya. Dengan heran dia berkata, “Be..begitu saja sudah selesai?”
Reva berkata, “Ini baru Langkah pertama. Jantungnya di tanam dulu.”
“Setelah beberapa waktu nanti setelah benih jantungnya berhasil di tanam baru bisa ditransplantasikan.”
“Oh yah ngomong – ngomong, untuk beberapa waktu ini dia mungkin
akan merasa sedikit tidak nyaman, karena dia terlalu banyak energi.”
“Dan ini adalah hal yang wajar. Jadi kau bisa memintanya untuk pergi berolahraga ataupun yang sejenisnya. Dan
kegiatan ini sangat baik untuk kondisinya itu.
“Sepuluh hari kemudian, aku akan datang lagi. Dan pada saat ini aku sudah bisa sepenuhnya menyelamatkan
mereka berdua.”
Anya mengangguk – angguk. Dia mengingat semua ucapan Reva di dalam hatinya.
Setelah itu, secara pribadi Anya mengantar Reva pulang ke Rose Garden.
Saat turun dari dalam mobil, Anya menatap Reva dengan ragu – ragu.
Sebenarnya dia benar-benar ingin bertanya kepada Reva tentang perasaaannya terhadap Nara.
Dengan kata lain, Anya ingin bertanya apakah dia masih punya kesempatan.
Tetapi dia tidak punya nyali untuk menanyakan hal itu.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmMeskipun di mata orang lain itu dia bagaikan seorang dewi tetapi di depan Reva dia merasa kurang percaya diri.
Reva tidak langsung pulang ke rumahnya di Rose Garden tetapi dia pergi ke Lavender Garden yang ada di
seberangnya. Dia bertandang ke rumah Herman.
Herman sedang duduk dan makan daging asap di ruang tamu. Yuri sudah tidur.
Dan saat melihat Reva datang, Herman segera mengambil sebuah kursi dan mempersilahkan Reva duduk.
“Ayo, sini, sini, baru saja diantar makanannya. Cepat makanlah mumpung masih hangat.”
“Dasar brengsek, tadi itu reuni macam apa? Aku sama sekali belum kenyang.”
“Si Imanuel ini benar-benar bajingan. Pelit sekali dia. Apa saja yang dia pesan itu?” Herman memaki sambil
bersungut – sungut.
Reva terkekeh. Imanuel memang sudah seperti itu sejak di sekolah.
Kalau dia merasa kau berfaedah untuknya maka dia pasti akan mendekatimu dan menyanjungmu.
Tetapi kalau dia merasa kau tak berguna bagi dirinya maka dia pasti akan langsung menjauh darimu.
Malam ini dia juga sudah bisa melihat bahwa Herman tidak mungkin mau membantunya sehingga diam – diam dia
meminta para pelaya membatalkan berbagai macam hidangan sehingga semua orang tidak ada yang makan
hingga kenyang.
Previous Chapter
Next Chapter